Sekitar tahun 2004, Negara Indonesia ini sudah serentak mewajibkan wajib belajar 9 tahun dengan sekolah gratis atau biasa kita sebut BOS ( bantuan operasional sekolah ). Jadi murid – murid sudah bebas dari biaya bulanan yang biasa kita sebut juga dengan uang SPP. Namun pada kenyataan uang iuran bulanan gratis tapi harga buku yang di tawarkan dari sekolah membludak dan cenderung mahal, bagi rakyat kecil itu sangat memberatkan, dan pada kenyataanya sekarang masih banyak anak-anak di bawar umur berkeliaran di luaran pada jam-jam sekolah, seperti mengamen dan menjadi pengemis. Bahkan dari mereka sudah ada yang merokok dan minum-minuman keras. Entah itu di sebabkan karena apa?. Apa karena rendahnya pengetahuan mereka akan pentingnya bersekolah dan bahayanya merokok dan meminum-minuman yang di larang agama itu. Yang membuat mereka tidak bersekolah, alasanya Cuma karena harga buku-buku mahal dan tidak mampu membeli seragam. Ada juga yang beralasan ngapain sekolah toh ujung-ujungnya kerja paling jadi kuli, dan mereka juga beranggapan banyak orang-orang yang lulusan perguruan tinggi jadi pengangguran, apalagi kita yang rakyat kecil cuma mengandalkan sekolah gratis dan lulusan SMP.
Dari lembaga pendidikan pemerintah itu sendiri kurang memberikan semangat terhadap generasi-generasi muda, akan pentingnya mengecam pendidikan di sekolah meskipun hanya lulusan SMP, sebab ilmu itu sangat membantu untuk kehidupan kelak. Namun semangat itu hanya akan jadi omong kosong kalau dari lembaga pemerintahan itu sendiri tidak menjanjikan lapangan kerja bagi generasi muda yang akan datang. Beasiswa bagi siswa yang mempunyai prestasi juga kurang membuat semangat bagi generasi muda yang berasal dari rakyat menengah kebawah. Terus apa yang sebenarnya membuat generasi muda ini bersemangat dan menanamkan bahwa bersekolah itu penting??
Sampai sekarang kita belum menemukan jawaban itu, yang pasti harus ada pada generasi muda itu sendiri, dan pemerintah harus bisa memanfaatkan kepandaian dan keahlian dari generasi muda sekarang dengan membuka lapangan kerja, sehingga bisa di adu dengan Negara lain. Jangan sampai generasi muda di Negara kita yang berprestasi, malah lebih mencari nafkah dan bekerja untuk kemajuan Negara lain, Cuma karena gaji. Itu namanya kacang lupa sama kulitnya.
Lembaga pendidikan harus bisa membatasi murid yang kondusif di dalam kelas, karena terlalu banyak siswa juga akan mempengaruhi daya konsentrasi siswa, serta perhatian guru yang kurang fokus, karena merasa kewalahan dan siswa tidak mempunyai kesempatan buat bertanya karena terbatasnya waktu, dan guru juga kurang mengetahui murid yang sudah paham ataupun belum.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar