Pada usia nya yang baru menginjak 16 tahun,sebut saja dia mina. Dia di paksa menikah dengan seorang duda beranak 4 karena kemiskinan. Usianya selisih 13 tahun lebih muda dari pada suaminya. Selama jadi istri dia selalu menjadi bayang-bayang istri pertamanya, si suami selalu membanding-bandingkan kalau istrinya yang dulu sangat perhatian, dan bisa membantu kebutuhan keluarga. Mina selalu pasrah dengan perlakuan suami yang tanpa sadar selalu mengikis hatinya tiap hari. Sampai akhirnya dia dikarunia anak pertama, mina harus rela menerima kenyataan pahit kalau suami lebih menyayangi anak-anaknya yang terdahulu, di bandingkan anak bersama mina. Penyiksaan mina tidak cukup disitu, karena ke empat anak tiri mina sangat membencinya, sehingga mina selalu tambah salah di mata suaminya.
Tahun demi tahun mina di karuniai anak 4, jarak mereka tidak terlalu jauh hanya 2 tahun. Sedangkan suami mina udah mulai sakit-sakitan. Penderitaan mina tidak berakhir disitu, karena tiap hari dia harus menunggu suaminya di rumah sakit sama anaknya yang baru usia 3 tahun. Padahal mina punya anak yang berusia 1 tahun terpaksa di tinggal dirumah bersama budhe nya, tiap dia pulang kerumah dia harus melihat anaknya badannya bentol-bentol merah, entah karena apa, dia hanya berfikiran positif aja, tapi bentol-bentol itu seperti luka bekas cubitan.
Sebulan suaminya di rawat di rumah sakit, akhirnya dokter pasrah karena keadaan suami mina tidak kunjung membaik. Akhirnya mina memutuskan untuk membawa suaminya pulang kerumah karena mina juga sudah tidak ada biaya lagi. Seminggu dirumah mina harus menerima takdir suaminya meninggal dan mina harus jadi janda anak 4, usianya masih sangat kecil-kecil, 7th,5th,3th,1th. Ngiris banget perasaanya waktu itu, bagaimana mungkin dia mampu menghidupi anak-anaknya yang masih kecil, sedangkan dia tidak punya kemampuan apa-apa.
Bersyukur kakak mina mau membantu dengan mengurus anak-anak mina. Tapi hal itu hanya berlangsung sementara, mina selalu dihina, dan anak-anaknya pun selalu di siksa lahir batin. Mina Cuma bisa pasrah dan terus berdoa sama allah. Tiap kali allah kasih cobaan terhadap umatnya pasti tidak akan melebihi batas kemampuan umatnya, kuncinya hanya ikhlas dan bersyukur itu yang selalu di yakini mina. Dia bertekad pasti aku mampu.
Sampai pada akhirnya dia memutuskan untuk berjualan kue keliling, karena kemampuanya yang tidak bisa membuat kue, dia hanya bisa mengambil dari agen. Tapi tekadnya untuk menghidupi ke empat anaknya, tidak sampai di situ, dia berusaha deket dan minta tolong supaya dia bisa di bagi ilmunya biar mampu membuat kue. Sedangkan anaknya terpaksa harus tinggal bersama neneknya.
Mina selalu semangat berjualan kue siang malam, kata pak ustads kalau kita menjalani hidup ini dengan hati yang tulus, apalagi menghidupi anak yatim bantuan allah selalu senantiasa menolong kita. Anak juga titipan allah, maka dari itu kita tidak boleh menyiakannya, itu tekad mina. Anak pembawa berkah. Sekarang dengan keuletannya dia mampu memproduksi kue sendiri dan di kenal banyak orang. Dulu dia tidak menyangka akan hidup berkecukupan seperti sekarang. Dengan hati yang tulus dan ikhlas, allah selalu mengiringi dalam tiap langkahnya. Tak lupa pula kita bersyukur meskipun kita dalam keadaan sakit ataupun lagi terkena musibah. Karena pada dasarnya musibah itu kemungkinan terjadi akibat ulah kita sendiri, dan kita di suruh intospeksi diri, supaya jadi lebih baik, dan jangan pernah berkecil hati sama allah. Allah selalu punya rencana pada tiap umatnya, dan jalan takdir manusia sudah di atur dan allah yang tahu gimana endingnya, tinggal kita yang menjalankan ceritanya dengan penuh keikhlasan hati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar